Langsung ke konten utama

WHAT? SANDWICH GENERATION??

Halohaaaa salam blogger πŸ˜€

Kali ini aku mau bahas tentang sandwich generation. Mungkin ada beberapa orang yang belum tau "Apasih SANDWICH GENERATION itu?" (sengaja di bold dan pake capslock biar ngegas πŸ˜€). 

mainstceo.com


Sandwich generation bukan generasi yang suka makan sandwich yaaa..  Belakangan ini istilah sandwich generation sering dipakai dalam hal finansial. Yang dimaksud dengan sandwich generation adalah mereka yang memiliki beban finansial dalam mengurus orangtua atau anggota keluarga lain. Diumpakan sandwich karena kondisi finansial yang terhimpit antara memenuhi kebutuhan orang tua atau anggota keluarga lain dengan kebutuhan finansial diri sendiri.

Di Indonesia sebetulnya membantu menyokong hidup orang tua bukan hal yang aneh ya malah hal itu dinilai wajib jika sudah dewasa dan punya penghasilan. Okelah, memang kita harus membahagiakan dan meringankan beban orang tua. Namun, ngga sedikit loh member generasi sandwich yang tidak hanya menanggung biaya hidup tetapi juga menanggung beban hutang orang tua yang bahkan nominalnya ngga sedikit. Mungkin di masa lalu mereka harus gali lobang tutup lobang untuk menyambung hidup, menyekolahkan anak, dan bahkan menikahkan anak. Sampai tanpa sadar  hutangnya pun belum lunas dan sebagai anak yang berbakti kita juga ngga mau melihat orang tua kita kesusahan sehingga harus membayar hutangnya.

Aging and elder care expert, Carol Abaya menjelaskan 3 skenario dalam generasi sandwich yakni sebagai berikut:

1. The Traditional Sandwich Generation
Skenario dimana orang dewasa umumnya berusia 40 hingga 50 tahun terhimpit antara orang tuanya yang sudah menginjak usia lanjut dan anaknya yang mulai beranjak dewasa.
Kondisi ini terjadi saat keduanya membutuhkan dukungan baik secara finansial maupun dukungan lainnya.

2. The Club Sandwich Generation
Skenario dimana orang dewasa umumnya berusia 50 hingga 60 tahun yang terhimpit antara orang tuanya yang sudah menginjak usia lanjut dan anaknya serta kemungkinan cucunya.
Skenario ini juga termasuk bagi mereka yang berusia antara 30 hingga 40 tahun dan terhimpit situasi anaknya, orang tuanya, dan kemungkinan kakek neneknya.

3. The Open Faced Sandwich Generation
Skenario dimana siapapun terlibat dalam pengasuhan orang lanjut usia, namun bukan termasuk dalam pekerjaan profesionalnya (misal : pengurus panti jompo) masuk dalam kategori ini. Diestimasikan 25% individu mengalami fase ini dalam hidupnya.

Aku pribadi, berada di skenario no.3 dengan rentan usia 20 - 30 tahun dan masih single. Jujur pernah ngerasa stres, jadi emosional 😴. Tapi Alhamdulillah sekarang aku mulai nerima dan belajar untuk menata keuangan dengan baik dan aku berjanji akan memutus rantai generasi sandwich ini (cukup sampai aku aja, semoga keturunanku ngga merasakannya.. Aamiin Allahumma Aamiin).

Ngga bisa dipungkiri memang menjadi bagian dari generasi sandwich itu cukup membuat stres. Karena bener-bener berpikir gimana ya caranya biar semua terpenuhi. Harus pinter-pinter ngatur segala sesuatu agar semuanya tercukupi.

Sooo...gimana donk cara untuk memutus generasi sandwich???? Ngga mau kan kita menjadi beban untuk keturunan kita nanti. Nah cara inilah yang bisa kita lakukan untuk memutus rantai generasi sandwich :
1. Perencanaan keuangan yang hati-hati πŸ“‘
2. Bijak kelola keuangan πŸ’»
3. Merencanakan keuangan sejak dini πŸ’°

"If you don't find a way to make money while you sleep, you will work until yo die"

Untuk detail cara-cara memutus generasi sandwich, bakalan aku bahas di post berikutnya ya.. soalnya bakalan panjang banget nih pembahasannya.

Stay safe, stay healthy and keep blogging everyone πŸ’–πŸ’–πŸ’–



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Book Review : The Art of Solitude_What I Think About When I'm on My Own

  μ•ˆλ…•ν•˜μ„Έμš” sobat blogging~~ It's book review timeee.. Title  : The Art of Solitude What I Think About When I'm On My Own by Desi Anwar (Indonesia version : Apa yang kita pikirkan ketika kita sendirian) Published by : Gramedia Pustaka Utama Pages : 209 Aku pertama kali suka sama buku ini ketika baca sinopsisnya di cover bagian belakang. Dari pandemi kita diajarkan bagaimana berdamai dengan kesendirian. Dan ternyata sendirian itu tidak selalu membosankan. Karena sendirian lah kita belajar untuk lebih mengenal diri sendiri, lebih memahami makna maupun tujuan dari kehidupan. Buku ini mengajak kita untuk berkaca mengenal sosok yang selalu menemani kita dalam suka maupun duka, dan sosok itu suka tidak suka adalah diri kita sendiri. Dengan berkaca pada diri sendiri, kita jadi lebih mengenali diri, menerima keberadaan diri baik kelebihan maupun kekurangan. Setiap part dalam buku ini mengajak kita untuk berdialog bersama diri sendiri.  Dan membuat aku menyadari somehow being solitude justr

Jalan-jalan ke Parade Siluman di Bentara Budaya

  μ•ˆλ…•ν•˜μ„Έμš” sobat blogging~~ Gimana kabarnya?? Insya Allah sehat ya semua, Di blog post kali ini,  Alice in The Blogging Land mau cerita tentang pengalaman berkunjung ke parade siluman (Yokai Parade) yang berlangsung pada 17 - 27 Juni 2022 di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Japan Foundation. Yokai Parade ini bisa dibilang mini exhibition sih karena instalasinya juga ngga terlalu banyak. Tapi ini tetap menarik untuk dikunjungi. Dengan adanya Yokai Parade ini setidaknya mengobati kerinduan untuk datang ke acara yang berkaitan dengan kebudayaan Negeri Sakura. Ngga perlu takut ngga bisa baca huruf hiragana, katakana dan kanji karena di setiap instalasinya, untuk penjelasan karyanya juga disertai bahasa Inggris. Ada beberapa sketsa yang dipamerkan disini merupakan penggambaran ulang sketsa yang ada sejak zaman edo. Menarik banget yaaa..ternyata dari zaman edo pun orang Jepang udah lihai menggambar. Untuk transportasi ke Bentara Budaya sendiri buat aku cukup gam

"Emotional Blackmail" Review

  Assalamu'alaikum, μ•ˆλ…•ν•˜μ„Έμš” sobat blogging~~ Di blogpost kali ini, aku mau review buku non-fiksi yang berjudul "Emotional Blackmail" . Sebenarnya aku udah buat reviewnya tapi di instagram. Sesuai janji aku, aku mau memanfaatkan blog ini untuk review buku juga. Sobat blogging pernah ngga sih ngalamin pemerasaan emosional? Misalnya pacar/pasangan sobat blogging selalu nelpon sobat blogging setiap satu jam atau mengharuskan sobat blogging PAP (post a picture) setiap saat untuk meyakinkan kalau sobat blogging itu ngga bohong. Atau orang - orang sekitar sobat blogging terutama yang superior (seperti orang tua, guru atau atasan) memaksakan kehendak mereka meminta sobat blogging untuk melakukan sesuatu dan secara ngga sadar melakukan pemerasan emosional karena sobat blogging harus menuruti dan dengan embel embel "ini semua demi kebaikanmu" "kalau kamu mengikutiku, maka kamu pasti akan..." NAH... kalau udah begitu bisa jadi sobat blogging korban PE atau pemerasa