Langsung ke konten utama

"Emotional Blackmail" Review

 Assalamu'alaikum,

안녕하세요 sobat blogging~~

Di blogpost kali ini, aku mau review buku non-fiksi yang berjudul "Emotional Blackmail". Sebenarnya aku udah buat reviewnya tapi di instagram. Sesuai janji aku, aku mau memanfaatkan blog ini untuk review buku juga.


Sobat blogging pernah ngga sih ngalamin pemerasaan emosional?
Misalnya pacar/pasangan sobat blogging selalu nelpon sobat blogging setiap satu jam atau mengharuskan sobat blogging PAP (post a picture) setiap saat untuk meyakinkan kalau sobat blogging itu ngga bohong.
Atau orang - orang sekitar sobat blogging terutama yang superior (seperti orang tua, guru atau atasan) memaksakan kehendak mereka meminta sobat blogging untuk melakukan sesuatu dan secara ngga sadar melakukan pemerasan emosional karena sobat blogging harus menuruti dan dengan embel embel "ini semua demi kebaikanmu" "kalau kamu mengikutiku, maka kamu pasti akan..." NAH... kalau udah begitu bisa jadi sobat blogging korban PE atau pemerasan emosional.
Atau....malah sebaliknya? sobat blogging ada di posisi sebagai pelaku pemerasan emosional.

Kalau aku pribadi, aku pastikan pernah ada di posisi korban maupun pelaku. Hmmmm..
Emang agaknya susah sih ya membedakan PE sama sesuatu yang emang wajib kita lakukan tanpa harus dipaksa. Untuk bedanya aku pikir sih balik lagi ke diri masing-masing, tanya lagi ke diri masing-masing. Jika memang harus kita lakukan dan memang itu cara untuk mencapai tujuan kita ya bisa jadi itu bukan PE.

Supaya lebih paham tentang PE, emang paling cocok sih baca buku "Emotional Blackmail" ini. Apalagi sambil minum teh. Mantaaaap...biar syahdu..

Buku "Emotional Blackmail" ini dibagi jadi 3 bagian:
Bagian 1 : Membahas tentang rupa dari pemerasan emosional, karakteristik orang yang mudah terjerumus menjadi pelaku PE

✅ Bagian 2 : Membahas cara agar kita bisa meningkatkan harga diri sehingga kita bisa terhindar dari PE

✅ Bagian 3 : Membahas upaya supaya kita bisa terhindar atau bahkan memutus rantai PE.

Sebenernya tujuan dari buku ini adalah memberikan gambaran ke pembaca atau membantu pembaca untuk mengidentifikasi PE sehingga kita pembaca bisa mencegah atau memutus rantainya.

Jujur setelah aku baca, aku pun jadi menyadari kalau aku pernah berada sebagai korban maupun pelaku. Dan kalau dari pemahamanku malah banyak dari pelaku PE memiliki ikatan yang kurang baik dengan inner childnya.

Ketika di posisi sebagai korban, terkadang kita pasti jadi ngerasa bersalah banget kalau ngga melakukan apa yang diminta, padahal yang diminta itupun belum tentu memberi manfaat baik buat kita.

Buku ini cukup detail untuk memberikan penjelasan terkait PE dan mudah dipahami juga bahasanya. Recommended to buy then read ❤❤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Book Review : The Art of Solitude_What I Think About When I'm on My Own

  안녕하세요 sobat blogging~~ It's book review timeee.. Title  : The Art of Solitude What I Think About When I'm On My Own by Desi Anwar (Indonesia version : Apa yang kita pikirkan ketika kita sendirian) Published by : Gramedia Pustaka Utama Pages : 209 Aku pertama kali suka sama buku ini ketika baca sinopsisnya di cover bagian belakang. Dari pandemi kita diajarkan bagaimana berdamai dengan kesendirian. Dan ternyata sendirian itu tidak selalu membosankan. Karena sendirian lah kita belajar untuk lebih mengenal diri sendiri, lebih memahami makna maupun tujuan dari kehidupan. Buku ini mengajak kita untuk berkaca mengenal sosok yang selalu menemani kita dalam suka maupun duka, dan sosok itu suka tidak suka adalah diri kita sendiri. Dengan berkaca pada diri sendiri, kita jadi lebih mengenali diri, menerima keberadaan diri baik kelebihan maupun kekurangan. Setiap part dalam buku ini mengajak kita untuk berdialog bersama diri sendiri.  Dan membuat aku menyadari somehow being solitude justr

Jalan-jalan ke Parade Siluman di Bentara Budaya

  안녕하세요 sobat blogging~~ Gimana kabarnya?? Insya Allah sehat ya semua, Di blog post kali ini,  Alice in The Blogging Land mau cerita tentang pengalaman berkunjung ke parade siluman (Yokai Parade) yang berlangsung pada 17 - 27 Juni 2022 di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Japan Foundation. Yokai Parade ini bisa dibilang mini exhibition sih karena instalasinya juga ngga terlalu banyak. Tapi ini tetap menarik untuk dikunjungi. Dengan adanya Yokai Parade ini setidaknya mengobati kerinduan untuk datang ke acara yang berkaitan dengan kebudayaan Negeri Sakura. Ngga perlu takut ngga bisa baca huruf hiragana, katakana dan kanji karena di setiap instalasinya, untuk penjelasan karyanya juga disertai bahasa Inggris. Ada beberapa sketsa yang dipamerkan disini merupakan penggambaran ulang sketsa yang ada sejak zaman edo. Menarik banget yaaa..ternyata dari zaman edo pun orang Jepang udah lihai menggambar. Untuk transportasi ke Bentara Budaya sendiri buat aku cukup gam