Langsung ke konten utama

Kemanapun berkelana, rumahlah yang menjadi titik muara

Rumah..

Wujud nyatanya adalah tempat tinggal. Tapi makna yang lebih dalam lagi bisa juga berarti keluarga. Walaupun tidak semua orang memiliki pendapat yang sama tentang pengertian rumah.


Edit used Canva

Aku pernah baca buku berjudul "Aku Ingin Pulang Meski Sudah di Rumah" di buku tersebut, secara ngga langsung penulis menyampaikan bahwa selain keberadaan keluarga, rumah juga memiliki makna yang lain yaitu tempat dimana kita merasa aman dan nyaman. Lingkup pertemanan yang menyenangkan juga bisa dianggap rumah, pasangan atau kekasih yang selalu ada dalam susah maupun senang juga adalah rumah, dan duduk menatap hujan dari jendela apartemen studio walaupun sendirian tetapi merasa tenteram, aman dan nyaman juga bisa disebut rumah.

Satu hal yang pasti bahwa kemanapun kita berkelana, dimanapun kita berada, rumah lah yang menjadi titik untuk kembali. 

Rumah lah yang menjadi pin point kita mereset apa yang telah dicapai, menjadi awal lagi dengan tujuan baru lagi.

Rumah adalah saksi dari perjuangan setiap penghuninya. Saat ketika berada di titik atas, banyak tawa tercipta, makanan enak selalu tersaji di meja makan, tidak pernah kekurangan apapun. Begitupun kita penghuninya ada di titik terendah, rumahlah yang menjadi saksi dari setiap tangis, keluh kesah, amarah dan rasa hampir menyerah.

Secara fisik bagiku, rumah adalah tempat dimana aku kembali pulang, beristirahat, berbincang bersama orang tua, menonton televisi bersama, menggunakan dapur sepuasnya untuk uji coba resep masakan yang sedang viral dan bahkan aku bisa betah sebulan lebih tanpa keluar rumah. Mengerjakan segala sesuatu dari kamar dan hanya keluar ketika memang aku butuh untuk keluar. Yang jadi pertanyaan, "kok bisa yaaa gue betah ngga keluar rumah sampai sebulan?" Tapi jujur memang ada kalanya ketika aku merasa aku ingin sekali keluar dari rumah ketika di dalam rumah sendiri aku malah merasa tertekan. Ya pasti banyak yang mengalami hal itu kan cuman balik lagi ke pernyataan sebelumnya bahwa kemanapun kita berkelana, dimanapun kita berada, rumah lah yang menjadi titik untuk kembali.

Sudut Favorit di Rumah

Yang jadi sudut favoritku ngga lain dan ngga bukan adalah kamarku sendiri. Aku bisa betah banget di kamar entah untuk kerja, belajar, ikut berbagai kompetisi online, baca buku, nonton anime. Selain kamar, yang jadi wilayah kekuasaanku di rumah adalah dapur. Seperti yang sudah aku bilang sebelumnya aku suka uji coba resep yang sedang viral. Dan beresin kamar adalah salah satu healing therapy buat aku. Kamarku juga jadi saksi A to Z apa yang sedang aku kerjain, apa yang aku khawatirin, kenapa aku nangis, dan gimana aku bisa ketawa lagi.


Foto di atas adalah salah satu pojok favorit kamar aku isinya buku bacaan yang jumlahnya udah mulai numpuk 😄 dan sepertinya aku butuh rak plastik portable dari Olymplast.
Sumber : https://olymplast.co.id/

Dan sepertinya meja kerjaku juga harus di-make over sih. Meja kerja ku keliatan penuh alat tulis berserakan disana sini 😌 weeeh...


Aku butuh wadah stationary  supaya lebih rapih. Nah ternyata Olymplast punya wadah stationary yang super kece dan fungsional.

Sumber : https://olymplast.co.id/

Untuk masalah beres berberes dahlah emang  Olymplast Juaranya Rapikan Rumah ngga diragukan lagi. Mau cari yang model apa? portable? minimalist storage? Olymplast punya. Tinggal disesuaikan sama kebutuhan dan tema dari tiap ruangan di rumah kita.

Berbagai macam Perabotan Rumah Tangga bisa kamu temukan di Olymplast. Rumah yang rapih tentunya jadi bikin betah donk. Segala benda yang letaknya teratur akan lebih enak dilihat.

Dan makna rumah sebagai tempat kembali yang aman dan nyaman tentunya akan lebih dapet feel nya kalau kondisi rumah kita secara fisik bersih dan rapih.
COMING HOME IS THE MOST BEAUTIFUL THINGS _Andre Rieu_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Book Review : The Art of Solitude_What I Think About When I'm on My Own

  안녕하세요 sobat blogging~~ It's book review timeee.. Title  : The Art of Solitude What I Think About When I'm On My Own by Desi Anwar (Indonesia version : Apa yang kita pikirkan ketika kita sendirian) Published by : Gramedia Pustaka Utama Pages : 209 Aku pertama kali suka sama buku ini ketika baca sinopsisnya di cover bagian belakang. Dari pandemi kita diajarkan bagaimana berdamai dengan kesendirian. Dan ternyata sendirian itu tidak selalu membosankan. Karena sendirian lah kita belajar untuk lebih mengenal diri sendiri, lebih memahami makna maupun tujuan dari kehidupan. Buku ini mengajak kita untuk berkaca mengenal sosok yang selalu menemani kita dalam suka maupun duka, dan sosok itu suka tidak suka adalah diri kita sendiri. Dengan berkaca pada diri sendiri, kita jadi lebih mengenali diri, menerima keberadaan diri baik kelebihan maupun kekurangan. Setiap part dalam buku ini mengajak kita untuk berdialog bersama diri sendiri.  Dan membuat aku menyadari somehow being solitude justr

Jalan-jalan ke Parade Siluman di Bentara Budaya

  안녕하세요 sobat blogging~~ Gimana kabarnya?? Insya Allah sehat ya semua, Di blog post kali ini,  Alice in The Blogging Land mau cerita tentang pengalaman berkunjung ke parade siluman (Yokai Parade) yang berlangsung pada 17 - 27 Juni 2022 di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh Japan Foundation. Yokai Parade ini bisa dibilang mini exhibition sih karena instalasinya juga ngga terlalu banyak. Tapi ini tetap menarik untuk dikunjungi. Dengan adanya Yokai Parade ini setidaknya mengobati kerinduan untuk datang ke acara yang berkaitan dengan kebudayaan Negeri Sakura. Ngga perlu takut ngga bisa baca huruf hiragana, katakana dan kanji karena di setiap instalasinya, untuk penjelasan karyanya juga disertai bahasa Inggris. Ada beberapa sketsa yang dipamerkan disini merupakan penggambaran ulang sketsa yang ada sejak zaman edo. Menarik banget yaaa..ternyata dari zaman edo pun orang Jepang udah lihai menggambar. Untuk transportasi ke Bentara Budaya sendiri buat aku cukup gam

"Emotional Blackmail" Review

  Assalamu'alaikum, 안녕하세요 sobat blogging~~ Di blogpost kali ini, aku mau review buku non-fiksi yang berjudul "Emotional Blackmail" . Sebenarnya aku udah buat reviewnya tapi di instagram. Sesuai janji aku, aku mau memanfaatkan blog ini untuk review buku juga. Sobat blogging pernah ngga sih ngalamin pemerasaan emosional? Misalnya pacar/pasangan sobat blogging selalu nelpon sobat blogging setiap satu jam atau mengharuskan sobat blogging PAP (post a picture) setiap saat untuk meyakinkan kalau sobat blogging itu ngga bohong. Atau orang - orang sekitar sobat blogging terutama yang superior (seperti orang tua, guru atau atasan) memaksakan kehendak mereka meminta sobat blogging untuk melakukan sesuatu dan secara ngga sadar melakukan pemerasan emosional karena sobat blogging harus menuruti dan dengan embel embel "ini semua demi kebaikanmu" "kalau kamu mengikutiku, maka kamu pasti akan..." NAH... kalau udah begitu bisa jadi sobat blogging korban PE atau pemerasa